Nikmat Tauhid dan Akidah
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, sebagai seorang muslim tidak henti-hentinya kita harus bersyukur kepada Allah, atas nikmat hidayah yang Allah limpahkan kepada kita.
Bagaimana tidak? Sedangkan akidah Islam inilah kunci keselamatan pada hari kebangkitan. Hari dimana tidak lagi bermanfaat banyaknya harta dan keturunan apabila tidak disertai dengan akidah yang selamat.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari itu -kiamat- tidaklah berguna harta dan keturunan melainkan bagi orang yang menghadap Allah dengan hati yang selamat.” (QS. Asy-Syu’araa’ : 88-89)
Hati yang selamat adalah hati orang yang beriman. Karena Allah mengatakan tentang kaum munafikin, bahwa fii quluubihim maradh; di dalam hati mereka itu terdapat penyakit. Yaitu penyakit keraguan dan kekafiran.
Keimanan yang tulus dan jujur dari dalam hati. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Hasan al-Bashri rahimahullah, “Bukanlah iman itu diperoleh semata-mata dengan berangan-angan atau menghiasi penampilan. Akan tetapi iman adalah apa-apa yang tertanam di dalam hati dan dibuktikan dengan amalan.”
Iman -sebagaimana telah dimaklumi- merupakan keyakinan di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal anggota badan. Iman akan meningkat dan menguat dengan melakukan ketaatan atau meninggalkan maksiat, dan ia akan menjadi lemah dan menurun akibat dosa dan kedurhakaan.
Keimanan inilah yang harus senantiasa kita jaga dari kotoran dan penyimpangan. Sebagaimana yang dimaksud oleh firman Allah (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. Al-An’aam : 82)
Sehingga, dengan iman yang bersih dari kezaliman -sementara kezaliman terbesar itu adalah syirik- itulah yang akan meraih kebahagiaan, keselamatan, dan petunjuk ar-Rahman. Mereka itulah yang selamat di dunia dan di akhirat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak pula celaka.” (QS. Thaha : 123)
Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu’anhuma menafsirkan, “Allah memberikan jaminan kepada siapa saja yang mau membaca al-Qur’an dan mengamalkan ajaran-ajaran yang ada di dalamnya; bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat”.
Nikmat tauhid dan akidah ini jauh lebih berharga daripada dunia dan seisinya, daripada sepenuh bumi emas atau bahkan sepuluh kali lipatnya. Seandainya orang kafir memiliki emas sepenuh bumi -atau seberapa pun besarnya- maka tidak akan pernah diterima oleh Allah pada hari kiamat untuk menebus siksa-Nya.
Karena sesungguhnya yang Allah minta darinya adalah sesuatu yang jauh lebih mudah daripada itu; yaitu untuk mentauhidkan-Nya dan tidak berbuat syirik… Akan tetapi lihatlah manusia, betapa banyak diantara mereka yang bersikukuh di atas kekafiran dan kemusyrikannya. Padahal, di saat yang sama nikmat-nikmat dari Allah selalu tercurah kepada mereka, sementara mereka justru mempersekutukan-Nya.
Akhlak macam apakah ini wahai manusia?! Tatkala Allah berikan kepada anda berbagai macam nikmat kemudian anda pun dengan pongah beribadah dan merendahkan diri kepada selain-Nya… Maha suci Allah, Maha suci Allah…!!
Apakah perbedaan antara orang musyrik jahiliyah dahulu; yang mengakui bahwa pencipta mereka adalah Allah, pemberi rizki kepada mereka adalah Allah, kemudian di saat yang sama mereka juga mempersembahkan ibadahnya kepada Latta, ‘Uzza, Manat, dan Hubal, dengan orang yang memuja kuburan di masa kini; yang menujukan doanya kepada para wali dan orang yang sudah mati agar menyampaikan kebutuhan mereka kepada Allah, atau orang yang berdoa kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, selamatkanlah diriku, wahai Rasulullah berikanlah aku rizki, wahai Rasulullah, lancarkanlah usahaku.” Atau orang yang berdoa, “Wahai Ali! Kabulkanlah permintaan kami.” “Wahai Badawi! Berikanlah kepada kami kemurahanmu…” Subhanallah! Inikah yang anda sebut sebagai akhlak mulia?!
Allah ta’ala telah mengingatkan anda -wahai saudaraku yang mulia- dengan firman-Nya (yang artinya), “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah, maka janganlah kalian menyeru/berdoa bersama dengan kepada Allah -kalian juga berdoa- kepada siapa pun juga” (QS. Al-Jin : 19).
Inilah dakwahnya al-anbiyaa’ wal mursaliin -para nabi dan rasul- ‘alaihimus salam… Inilah dakwahnya Ibrahim ‘alaihis salam. Inilah dakwahnya sayyidinaa wa qudwatina Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Inilah dakwah Islam yang murni.
Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah saja” (QS. al-Mumtahanah: 4).
Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan, “Aqidah tauhid ini merupakan asas agama. Semua perintah dan larangan, segala bentuk ibadah dan ketaatan, semuanya harus dilandasi dengan aqidah tauhid. Tauhid inilah yang menjadi kandungan dari syahadat laa ilaha illallah wa anna Muhammadar rasulullah. Dua kalimat syahadat yang merupakan rukun Islam yang pertama. Maka, tidaklah sah suatu amal atau ibadah apapun, tidaklah ada orang yang bisa selamat dari neraka dan bisa masuk surga, kecuali apabila dia mewujudkan tauhid ini dan meluruskan aqidahnya.” (lihat Ia’nat al-Mustafid bi Syarh Kitab at-Tauhid [1/17] cet. Mu’assasah ar-Risalah)
Saudaraku yang dirahmati Allah, bagaimana anda bisa ridha tatkala kuburan dipuja-puja, syirik dibiarkan merajalela, hukum dan undang-undang rekayasa manusia dieluk-elukkan dan di saat yang sama peraturan dan syari’at Islam yang hanif ini direndahkan, dihinakan, disingkirkan, dan umat manusia digiring menuju penghambaan kepada sesama?!
—
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel Muslim.Or.Id
🔍 Sakit Pelebur Dosa, Tata Cara Shalat Gerhana Bulan Sesuai Sunnah, Hutang Piutang Dalam Islam, Hadits Tentang Fitnah Manusia
Artikel asli: https://muslim.or.id/21779-nikmat-tauhid-dan-akidah.html